BagaimanaBahaya Khamr Terhadap Akal 28 March 2022; Buku Panduan Lengkap Harvest Moon Back To Nature 28 March 2022; Belajar Bahasa Arab Kelas 2 Mi 28 March 2022; Berita Acara Bahasa Inggris Fast Money. “ Akal adalah syarat untuk kesempurnaan ilmu dan dedikasi.” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa, 3/339 Islam adalah agama nan suntuk memuliakan akal. Terserah beberapa bukti nan menunjukkan kejadian tersebut. Kitab suci al-Quran banyak memuat pujian bagi mereka nan mengefektifkan akal busuk dengan baik, mencela mana tahu kembali yang meremehkan akal geladak, dan menjadikan akal sebagai sebab ditetapkannya taklif pembebanan berupa perintah dan tabu kepada seorang manusia. Selain itu, di antara tujuan paling utama kerumahtanggaan hukum adalah hifdzu aql penjagaan akal. Maka, tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa wangsit Islam menempatkan akal pada posisi yang tahapan dan eksklusif. Mengingat betapa pentingnya peran akal, mungkinkah kamu bisa mengalahkan nash dan dijadikan galengan utama dalam menentukan suatu syariat? Ada dua pendapat yang silih bertentangan internal menjawab pertanyaan di atas. Pendapat pertama, lebih mengedepankan akal geladak ketimbang nash. Pemikiran ini dipopulerkan oleh ath-Thufi dan Anak lelaki Rusyd. Sebaliknya, pendapat kedua memandang bahwa nash harus diutamakan, begitu juga yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Imam asy-Syathibi. Di bawah ini penjelasan bertambah lanjur tentang kedua pendapat tersebut. Akal Menurut Ath-Thufi dan Ibnu Rusyd Thufi adalah etiket sebuah desa di daerah Sarsar Irak, dan di desa itulah ath-Thufi dilahirkan. Nama lengkapnya Najamudin Abu ar-Illah Sulaiman bin Abd al-Qawi kacang abd al-Karim kedelai Said at-Tufi as-Sarsari al-Baghdadi al-Hanbali. Terkenal dengan label ath-Thufi. Ath-Thufi diperkirakan lahir sreg tahun 657 H/1259M dan meninggal sreg musim 716 H/1318M. Jadi, gembong ini lahir setahun setelah gempuran pasukan mongol ke daerah tingkat Baghdad yang dipimpin maka dari itu Hulagu Khan pada waktu 1258M. Di Indonesia, pemikiran Najmuddin ath-Thufi menjadi masyhur karena diadopsi oleh makhluk-orang liberal, sama dengan Moqsith al-Ghazali. Moh. Mufid, ath-Thufi; Representasi Suku bangsa Liberalis intern Pembentukan Hukum Islam, Jurnal ISTINBATH, UIN Sultan Ampel, 2022, vol. 13, Buku harian wawasan Yuridika, STAIC Cirebon, vol. 3, no. 2, September 2022; Syariat Islam Progresif; Tawaran teori Maslahat at-Tufi sebagai Epistimologi Pembangunan Hukum Kebangsaan di Indonesia Artikel Sejarah Khazanah Fikih Selam Pentingnya Kajian Memori Hukum IslamOpens in a new browser tab Saat mengomongkan maslahat, ath-Thufi mempunyai penglihatan yang bertolak belakang dengan cerdik pandai-jamhur lainnya. Pandangan ath-Thufi tentang keefektifan bersumber dari pembahasan syarah perbuatan nabi nabi muhammad Nabi “لاضرر ولاضرار” Alal al-Fasi, Maqashid asy-Syari’ah wa Makarimuha, 147 nan artinya tidak boleh membahayakan diri sendiri dan lain boleh membahayakan insan bukan. Hadis ini sahih. Diriwayatkan oleh Pendeta Malik dan Imam Ahmad. Al-Hakim mengistilahkan bahwa hadis ini sahih berdasarkan kriteria Imam Muslim. Lihat Ath-Thufi, Risalah fi Riayah al-Maslahah, 23 Titah ini menjadi asal pendapatnya mengenai catur cara manfaat yang membuatnya memurukkan pembagian maslahat menjadi tiga, ialah Permulaan, Kepentingan mu’tabarah, yakni maslahat nan ditunjuk langsung oleh al-Quran atau Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Kedua, Maslahat mulghah, merupakan maslahat nan bertentangan dengan bacaan petunjuk, titah atau ijma’. Ketiga, Faedah mursalah, yakni kepentingan yang secara tegas tidak bertentangan dengan wahyu atau perbuatan nabi nabi muhammad dan pun bukan mendukungnya. Pendeta Bubuk Hamid Muhammad bin Muhammd al-Gazali, al-Mustasyfa’ fi ilm al-Usul, 174 Lakukan ath-Thufi, barang apa bentuk maslahat didukung atau tidak didukung oleh wahyu harus dicapai tanpa memerincinya. Ensiklopedi Hukum Islam. Abdul Azis Dahlan ed., 4/1147 Ath-Thufi menolak pembagian tersebut, suntuk ia menawarkan pembagian versinya koteng yang terdiri berpangkal empat bagian pendirian faedah. Mula-mula, akal bebas menentukan kemaslahatan dan kemudaratan, khususnya dalam meres muamalah dan adat. Dasar ini membawa implikasi bahwa buat menentukan sesuatu, termasuk faedah atau bukan, pas menggunakan nalar manusia tanpa harus didukung oleh wahyu atau hadis. Penglihatan ini berbeda dengan jumhur ulama yang mengatakan bahwa sekalipun kemaslahatan dan kemudaratan itu bisa dicapai dengan akal busuk, namun kemaslahatan itu harus mendapatkan dukungan berpunca nas ataupun ijmak, baik lembaga, sifat, alias jenisnya. Ibid. 4/1147 Kedua, kemujaraban merupakan dalil mandiri dalam mematok hukum. Oleh sebab itu, tak diperlukan dalil pendukung bagi kehujahan kepentingan, karena maslahat itu didasarkan kepada pendapat amung. Ketiga, maslahat doang berlaku n domestik komplikasi muamalah dan adat kebiasaan, adapun dalam masalah ibadah alias format-ukuran yang ditetapkan syariat shalat zuhur empat rakaat, puasa sejauh tiga puluh waktu, dan tawaf itu dilakukan tujuh boleh jadi, tidak teragendakan obyek maslahat, karena maslah-masalah serupa ini merupakan hak Yang mahakuasa amung, sedangkan parasan muamalah duniawi dan aturan aturan terkait dengan kemaslahatan cucu adam. Keempat, kelebihan merupakan dalil syara’ paling kuat. Karenanya, engkau juga mengatakan apabila nash atau ijmak inkompatibel dengan guna, maka didahulukan maslahat dengan prinsip takhsis nas tersebut pengkhususan hukum dan bayan perincian/penjelasan syariat. At-Thufi, 23; Tatap kembali Yusdani, 11; Amir Muallim dan Yusdani, Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam, 52-54; Ensiklopedi Hukum Islam, 1147,1837 Sesungguhnya, sebelum ath-Thufi mengajukan konsep tentang akal dan maslahat, di Andalusia sudah tersohor sendiri filsuf yang berpendapat bahwa akal harus didahulukan ketimbang nash syar’i momen terjadi pertentangan di antara keduanya. Filsuf besar itu bernama Ibnu Rusyd yang maka itu sosok-basyar Barat seperti itu dikagumi dan disebut Aveoroes. Nama lengkapnya adalah Abul Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad kacang Ahmad kacang Ahmad bin Rusyd. Dilahirkan puas musim 520 dan wafat pada perian 592 H. Anda seorang tokoh yang menguasai banyak ilmu seperti mana doktrin, fikih, filsafat, kedokteran, fisika dan linguistik. Ibnu Rusyd berpendapat bahwa syariat tidak terlepas berbunga dua kondisi; hukum yang disebutkan secara eksplisit musharrah dan hukum yang didiamkan maskut anhu. Di dalam perkara yang maskut anhu inilah akal memainkan perannya. Detik nash sesuai dengan penalaran akal busuk, maka tidak ada komplikasi di dalamnya. Akan tetapi, apabila keduanya bertentangan, yang harus dimenangkan adalah akal bulus. Sebab, menurutnya, hukum-hukum nan disimpulkan akal busuk itu jelas dan tidak butuh intepretasi lagi. Sebaliknya, yang masih ambivalen dan zakar ditafsirkan itu nash. Ibnu Rusyd, Fashl Maqal, 19 Baik ath-Thufi ataupun Ibnu Rusyd, sama-ekuivalen menomorsatukan akal busuk saat terjadi perbantahan—secara lahiriah—antara akal dan nash. Sementara itu, sejatinya Yang mahakuasa menganugerahkan akal kepada sosok agar mereka nanang secara maksimal dalam mengerti nash dan menerapkannya, bukan malah mempertentangkan antara keduanya. Namun, bagaimana gambaran relasi yang benar antara akal bulus dan nash, antara ra’yu dan wahyu intern hukum Islam? Berikut ini jawaban berpangkal Syaikhul Selam Ibnu Taimiyah dan Imam asy-Syathibi. Akal Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Padri asy-Syathibi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mempunyai karya-karya nan sangat kontributif privat parasan pemikiran, khususnya adapun akal, logika, dan makulat. Di antara karya Syaikhul Islam Bani Taimiyah kerumahtanggaan bab ini ialah kitab yang berjudul Dar’u Ta’arudh al-Aql wa al-Naql au Bayan Muwafaqah Shahih al-Manqul li Sharih al-Ma’qul menepis anggapan bahwa akal bulus dan naql bertentangan, atau kepastian sesuainya manqul yang shahih dan akal yang sharih. Selain itu, anda sekali lagi menulis ar-Radd ala al-Manthiqiyyin perbantahan, pertampikan dan atau antitesis terhadap pola pikir kefilsafatan Yunani. Saat berbicara apa itu akal, Anak laki-laki Taimiyah menjelaskan sejumlah pengertian bahwa definisi akal busuk mencakup ilmu-hobatan ilmu pasti, dan berbuat konsekuensi berpokok guna-guna-mantra tersebut. Di samping itu, akal geladak juga dapat berharga naluri ataupun nurani yang ada pada diri hamba allah, yang dengannya ia boleh mengetahui dan membedakan serta menghendaki perkara nan bermanfaat, bukan yang berbahaya. Seperti mana dikatakan makanya Pastor Ahmad dan al-Harits al-Muhasibi. Ibn Taimiyah, Majmu’ah al-Fatawa, 5/153 Kata sandang Pemikiran Statement’ Politik Syaikh Ibnu Taimiyah Rahimahullah Menurut Bani Taimiyah, akal bulus dan ilham itu lain saling bertentangan satu sama lain. Bahkan anda menyindir sebagian ulama nan mengira bahwa dalil dalam agama namun dalil naqli sonder mengindahkan dalil aqli. Ibn Taimiyah, Dar’u Ta’arudh, 1/199 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga berpadangan bahwa pendapat akal bulus yang lurus akan besar perut sesuai dengan ajaran nan ter-hormat. Akal bukanlah asal untuk menentukan kebenaran ajaran, karena wahyu telah pasti benar dengan sendirinya, baik wahi itu diketahui oleh akal atau tak. Tanzil tidak memerlukan pembenaran akal geladak. Petunjuk menyempurnakan akal. Akal bulus dan wahyu mungkin bisa anti, tetapi pendapat akal geladak yang jelas akan sesuai dengan wahyu yang benar. Nubuat selamanya tidak dapat dipisahkan dari akal. Ibn Taimiyah, Majmu’atu ar-Rasail wa al-Masail, 3/64-65 Pemikiran Bani Taimiyah di atas mungkin lebih kental dengan kajian teologis. Akan cuma pandangannya ini bisa dijadikan basis dalam memahami hubungan dan keterkaitan antara ra’yu dan wahi. Adapun pembahasan yang bertambah spesifik mengkaji geta akal dalam syariat Selam, kaitannya dalam proses inferensi hukum berbasis maslahat, mudahmudahan salah satu rujukan paling otoritatif adalah Rohaniwan asy-Syathibi nan terkenal dengan magnum opus berjudul al-Muwafaqat. Kitab ini sangat fenomenal dan menuai pujian dari para ulama. Di dalamnya terdapat banyak penjabaran adapun maqashid yang lalu teoritis. Karena sebab itulah asy-Syathibi dijuluki bapak maqashid dan disebut-sebut sebagai orang nan permulaan barangkali menyerukan pentingnya menjadikan maqashid sebagai landasan kerumahtanggaan berijtihad. Hamad al-Ubaidi, asy-Syathibi wa Maqashid asy-Syari’ah, 181 Kejadian ini menunjukkan betapa asy-Syatibi membuka peluang yang rata gigi bagi akal busuk bikin berperan dalam aktivitas jurisprudensi hukum Islam. Saja demikian, asy-Syathibi tetap memberikan patok-rambu dan batasan sepanjang mana penalaran akal geladak dapat diandalkan. Berikut ini bilang percikan-percikan pemikiran asy-Syathibi tentang akal. Pertama, peran akal busuk di dalam syariat bukanlah ibtida’ berinovasi, akan tetapi ittiba’ mengajuk wahyu. Asy-Syathibi, al-Muwafaqat, 3/27,28 Kedua, menurut asy-Syathibi, akal tidak pernah menyelisihi maupun betentangan dengan nash syar’i. Karena sepantasnya, nan anti dengan nash syar’i merupakan hawa nafsu nan mendominasi akal sebagaimana firman Allah intern arsip al-Qashash ayat 50. Hamad al-Ubaidi, asy-Syathibi wa Maqashid asy-Syari’ah, 168 Ketiga, oleh sebab itu, asy-Syathibi menekankan bahwa apabila seakan-akan terjadi sambutan antara ilham dan akal, maka yang didahulukan adalah wahyu. Asy-Syathibi, al-Muwafaqat, 1/88 Keempat, n domestik membentuk satu kepentingan, cucu adam harus terbebas berusul hawa nafsu karena kemaslahatan ini tidak diukur menurut keinginan nafsu لا من حيث أهواء النفوس. Asy-Syathibi, al-Muwafaqat, 2/469 Kelima, asy-Syathibi juga menegaskan bahwa kemustajaban syar’i lain sekedar maslahat duniawi satu-satunya. Akan tetapi mencakup di dalamnya maslahat ukhrawi. Dan kurnia ini bersifat mutlak; melintasi batas-tenggang daya dan ajang. Asy-Syathibi, al-Muwafaqat, 4/195 Mulai sejak pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Imam asy-Syathibi dengan sangat brilian mengawinkan permasalahan dengan membongkar akar masalahnya, yaitu perlunya membedakan antara akal dan hawa nafsu. Sebab, perdebatan para pemikir baik itu jamhur atau pun filsuf, selalunya berkutat pada kebobrokan pendefinisian akal. Terkadang, apa yang mereka kira akal, senyatanya adalah nafsu. Abdul Aziz kedelai Marzuq ath-Tharifi, al-Fashl Bayna al-Aql wa an-Naql, 13 Maka pecah itu, dari sekian banyak pemaparannya intern kitab al-Muwafaqat, Imam asy-Syathibi ingin menjelaskan bahwa argumentasi yang terkesan rasional namun bertentangan dengan syariat, bukanlah akal, melainkan master nafsu. Kata sandang Fikih Hukum Berjamaah N domestik Melaksanakan Shalat Fardhu Tentang peran akal dalam syariat sangat jelas sekali. Penalarannya dibutuhkan untuk menggali maqashid dan memperkaya metode ijtihad yang mengiringi dalil-dalil syar’i seperti qiyas, istishlah, istihsan dan saddu dzara’i yang semua itu membutuhkan kejelian akal busuk dalam mengkontekstualisasikan nash-nash syar’i. Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Islam sebagai suatu-satunya agama yang diridhai Allah Ta’ala, mutakadim mengeset gerak-gerik akal yang mencakup hakikat, fungsi, dan perannya. Secara publik, akal bisa digunakan buat membangun logika, berasio, menganalisis, melahirkan ide-ide inovatif, kreatif, dan variatif. Namun, secara khusus, kaitannya dengan syariat Islam, akal dibutuhkan sebagai instrumen fundamental untuk menggali hukum dari nash-nash syar’i dan mengaktualisasikannya. Inilah jalan tengah n domestik menurunkan kedudukan akal tidak plus ekstrem menafikan peran akal busuk sekufu sekali, juga tidak kebablasan dalam memfungsikannya. Ringkas kata, kawin antara wahyu dan akal dulu erat sekali sama dengan halnya asosiasi antara imam dan makmum. Wallahul muwaffiq ilaa aqwamith thariiq. Muhammad Faishal Fadhli/ Daftar pustaka Ibn Taimiyah, Majmû’ al-Fatâwâ, Riyadh Maktabah al-Ubaikan 1998Ibn Taimiyah, Dar’u Ta’arudh Bayna al-Aql wa an-Naql, Jami’ah al-Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyyah, 1991Ibn Taimiyah, Majmu’atu ar-Rasail wa al-Masail, Lajnah at-Turats al-Arabiy, 2008Asy-Syathibi, al-Muwafaqat fi Ushul asy-Syari’ah, Tahqiq Abdullah Darraz, Beirut Dar al-Rival al-Ilmiyyah, 2004.Hamad al-Ubaidi, asy-Syathibi wa Maqashid asy-Syari’ah, Beirut Dar Qutaibah, 1992Abdul Aziz bin Marzuq ath-Tharifi, al-Fashl Bayna al-Aql wa an-Naql , Riyadh Maktabah Dar al-Minhaj, 2022 Kata sandang Pemikiran terbaru MEMINUM khamr atau alkohol yang memabukkan dilarang oleh Allah dan Rasulnya dalam Islam. Ini karena ada bahaya meminum khamr. Namun perilaku ini tidak sulit untuk dijumpai di masa sekarang, meskipun semua Muslim tahu keharaman dan bahaya meminum khamr. Nabi Muhammad ﷺ bahkan menyebut peminum hingga penjual khamar akan dilaknat Allah SWT. Meminum khamr atau minuman yang memabukkan merupakan salah satu jenis komoditas yang hidup di tengah-tengah masyarakat kita. Hal ini menunjukkan bahwa minuman keras yang memabukkan perlu dijauhi karena bahaya meminum khamr mempunyai dampak buruk, baik bagi tubuh maupun kehidupan sosial. Agama Islam mengenal istilah makanan atau minuman yang memabukkan ini dengan istilah aliskar, assakr, atau muskirat. Dalam Alquran Surat An-Nahl ayat 67 disebutkan, وَمِنْ ثَمَرَاتِ النَّخِيلِ وَالْأَعْنَابِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَرًا وَرِزْقًا حَسَنًا ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ “Dan dari buah kurma dan anggur, kalian buat darinya yang memabukkan dan rezeki yang baik. Sesungguhnya dalam hal demikian sungguh terdapat tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berakal.” QS An-Nahl ayat 67. ilustrasi, foto unsplash BACA JUGA Ngeri, Ini yang Terjadi pada Otak Saat Mabuk Ada beberapa istilah yang digunakan terkait meminum khamr atau minuman yang memabukkan. KH Ali Mustafa Yaqub mencantumkan setidaknya ada tiga, yaitu muskir yang memabukkan, mukhaddir yang menghilangkan kesadaran serta, mufattir yang memberikan efek relaksasi, tenang, atau malah lesu. Tiga istilah ini menunjukkan kadar dan efek dari tiap-tiap penggunaan produk tersebut. Ketiganya, ditinjau secara makna, adalah golongan bahan-bahan yang dapat berdampak pada kesadaran dan pikiran manusia. Kadar paling rendah ada pada barang yang mufattir, karena hanya menyebabkan lesu, diam, atau ketenangan tertentu. Beberapa jenis obat seperti dari golongan pereda nyeri analgesik kuat dapat memberikan efek ini. Ulama bersepakat bahwa segala yang memabukkan adalah haram. عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ، وَكُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ. Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Setiap yang muskir memabukkan adalah khamar, dan setiap yang muskir adalah haram.” HR. Muslim Mulanya meminum khamr masih lumrah di Madinah, ketika ditanya seputar hukumnya Nabi pun menjawab berdasarkan firman Allah SWT, يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ ۖ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا “Mereka bertanya padamu tentang khamar dan judi. Katakanlah dalam keduanya terdapat dosa besar dan juga manfaat bagi manusia, namun dosanya lebih besar dari manfaatnya…” QS. Al Baqarah ayat 219. Bahaya Meminum Khamr Apakah meminum bir diperbolehkan? ilustrasi, foto unsplash BACA JUGA Si Pemabuk dan Pezina, Jangan Takut, Sultan Murad IV dan Orang-orang Shaleh akan Menshalatkan Jenazahku’ Apabila bir tersebut tidak mengandung zat yang bisa memabukkan, maka boleh meminumnya. Tapi jika mengandung sesuatu yang bisa memabukkan, maka haram bagi kita meminumnya walaupun kandungannya sangat rendah. Begitu juga segala minuman dan makanan yang bisa memabukkan, haram bagi kita meminumnya atau memakannya, walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit. Dan wajib bagi kita untuk menjauhinya. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT, يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءاَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَاْلأَنصَابُ وَاْلأَزْلاَمُ رِجْسُُ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamr, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” QS. Al-Maidah 90. إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَآءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَن ذِكْرِ اللهِ وَعَنِ الصَّلاَةِ فَهَلْ أَنتُم مُّنتَهُون “Sesungguhnya syetan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu dari mengerjakan pekerjaan itu.” QS. Al-Maidah 91. Oleh karena itu, wajib bagi seluruh kaum muslimin untuk tidak meminum khamr dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang bisa memabukkan dan saling memperingatkan sesama mereka dari hal itu. Bagi yang sudah terlanjur mengonsumsinya, dia harus segera meninggalkannya dan cepat-cepat bertaubat kepada Allah SWT dari perbuatan tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman, يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا “Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan taubat Nasuha.” QS. At-Tahrim 8. [] Oleh Andika Murdanto SUMBER NUONLINE KONSULTASISYARIAH Kita ketahui bersama bahwa khamr dan semua yang memabukkan telah diharamkan oleh Allah di dunia. Allah Ta’ala berfirmanيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا“Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”” QS. Al Baqarah 219Ia juga berfirmanيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan” QS. Al Maidah 90.Namun di surga khamr itu menjadi halal, bahkan ada sungai-sungai yang mengalirkan khamr yang lezat yang bebas di minum oleh penghuninya. Allah Ta’ala berfirmanمَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ“perumpamaan penghuni surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya..” QS. Muhammad 15.Mengapa khamr dunia diharamkan sedangkan khamr dibolehkan di surga? Ketahuilah, khamr surgawi berbeda dengan khamr di dunia. Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya menjelaskan beberapa sifat khamr surgawiTidak mengandung zat yang memabukkan. Sebagaimana firman Allahلا فِيهَا غَوْلٌ وَلا هُمْ عَنْهَا يُنزفُونَ“Tidak ada dalam khamar itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya” QS. Ash Shaffat 47Tidak membuat mabuk dan pusing. Sebagaimana firman Allahلَا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلا يُنزفُونَ“mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk” QS. Al Waqi’ah 19Warnanya putih,Rasanya lezat, sebagaimana firman Allahبَيْضَاءَ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ“warnanya putih dan terasa lezat bagi yang meminumnya” QS. Ash Shaffat 46Bisa didapatkan tanpa perlu memeras, sebagaimana diriwayatkanلَمْ تَعْصُرْهَا الرِّجَالُ بِأَقْدَامِهَا“para lelaki tidak perlu memerasnya dengan kaki-kaki mereka” HR. Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya, beliau mengatakan hadits ini gharib, seakan-akan dia mursal’.Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah pernah ditanya “mengapa khamr di dunia di haramkan sedangkan di surga di halalkan?”. Beliau menjawab “khamr akhirat itu baik tidak memabukkan dan tidak memberi bahaya atau gangguan. Adapun khamr dunia, di dalamnya ada bahaya dan memabukkan serta memberi gangguan. Khamr akhirat tidak mengandung zat yang memabukkan dan tidak membuat mabuk peminumnya, serta tidak membuat gangguan pada akalnya atau bahaya pada badannya. Adapun khamr dunia, dapat mengganggu akal dan badan sekaligus. Dan semua bahaya yang ada pada khamr dunia itu tidak ada pada khamr akhirat” Sumber tentu saja khamr surgawi ini hanya dinikmati oleh orang-orang yang Allah masukkan ke dalam surga, dan diantara sebabnya adalah dengan meninggalkan khamr di dunia. Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabdaمَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ فِي الدُّنْيَا لَمْ يَشْرَبْهَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ أَنْ يَتُوبَ“Barangsiapa yang meminum khamr di dunia, ia tidak akan meminumnya di akhirat surga. Kecuali jika ia bertaubat” HR. Al Bukhari Muslim semoga bermanfaat. Wabillahi at taufiq was juga Buah-Buahan Di Surga, Gambaran Kenimatan Tiada Tara—Penulis Yulian PurnamaArtikel Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, S1 Ilmu Komputer UGM, kontributor web dan

bagaimana bahaya khamr terhadap akal